Really miss them♥
Thursday, October 31, 2013
Ceritanya mau liburan
Sebut aja kelompok X, ada sms masuk nih, " mumpung lagi liburan dan menuju libur panjang gimana kalo refreshing ke pantai santolo garut, yang mau ikut jawab ya" spontan asik dong ya liburan k pantai indah di jawa barat, yuhuu bales lah ikuttttt dengan semangat semangat gimana gitu. Ceritanya prepare dr jauh jauh hari nih, tiba - tiba 2 hari mau berangkat masuk lagi nih sms, ini sms g pengen baca duakali deh "kumaha atuh da tos pinuh pas di mobil ge (disebutinlah nama2nya) pami bade nyandak mobil deui we meh dua mobil(terus gua harus sendirian di mobil ga banget kan ya)" gua bales gini lah oh kitu nya, nya ntos we wios xxx ge moal ngiring gentos we ku nu sanes bade kaluar wae ti kelompok ieu da asa teu dianggap aya , dianggap na pas butuh na we, sedikit jahat sih tapi emosi udah naik lah udh ngomong bakalan ijut dr jauh2 hari tiba2 udh penuh 2 hari sebelum berangkat seenaknya banget ngusir orang!!
Buat yang punya kelompok tertentu hati2 ya kena kejadian sama kaya saya :) dan buat kelompok yang saya maksud saya juga bisa liburan sendiri kawann :)
Tuesday, October 29, 2013
Belajar melepaskan
Sebuah cerita haru dari kak dwitasari ♥
Kamu mengenalkan namamu begitu saja, uluran tanganmu
dan suara lembutmu berlalu tanpa pernah kuingat-ingat. Awalnya,
semua berjalan sederhana. Kita bercanda, kita tertawa, dan kita
membicarakan hal-hal manis; walaupun segala percakapan itu
hanya tercipta melalui pesan singkat— BBM. Perhatian yang
mengalir darimu dan pembicara manis kala itu hanya kuanggap
sebagai hal yang tak perlu dimaknai dengan luar biasa.
Kehadiranmu membawa perasaan lain. Hal berbeda yang
kamu tawarkan padaku turut membuka mata dan hatiku dengan
lebar. Aku tak sadar, bahwa kamu datang memberi perasaan aneh.
Ada yang hilang jika sehari saja kamu tak menyapaku melalui
dentingan chat BBM. Setiap hari ada saja topik menarik yang kita
bicarakan, sampai pada akhirnya kita berbicara hal paling
menyentuh; cinta.
Kamu bercerita tentang mantan kekasihmu dan aku bisa
merasakan perasaan yang kaurasakan. Aku berusaha memahami
kerinduanmu akan perhatian seorang wanita. Sebenarnya, aku
sudah memberi perhatian itu tanpa kauketahui. Mungkinkah
perhatianku yang sering kuberikan tak benar-benar terasa olehmu?
Aku mendengar ceritamu lagi. Hatiku bertanya-tanya, seorang pria
hanya menceritakan perasaannya pada wanita yang dianggap dekat.
Aku bergejolak dan menaruh harap. Apakah kausudah
menganggap aku sebagai wanita spesial meskipun kita tak memiliki
status dan kejelasan? Senyumku mengembang dalam diam,
segalanya tetap berjalan begitu saja, tanpa kusadari bahwa cinta
mulai menyeretku ke arah yang mungkin saja tak kuinginkan.
Saat bertemu, kita tak pernah bicara banyak. Hanya sesekali
menatap dan tersenyum penuh arti. Ketika berbicara di BBM, kita
begitu bersemangat, aku bisa merasakan semangat itu melalui
tulisanmu. Sungguh, aku masih tak percaya segalanya bisa berjalan
secepat dan sekuat ini. Aku terus meyakinkan diriku sendiri, bahwa
ini bukan cinta. Ini hanya ketertarikan sesaat karena aku
merasakan sesuatu yang baru dalam hadirmu. Aku berusaha
memercayai bahwa perhatianmu, candaanmu, dan caramu
mengungkapkan pikiranmu adalah dasar nyata pertemanan kita.
Ya, sebatas teman, aku tak berhak mengharapkan sesuatu yang
lebih.
Aku tak pernah ingin mengingat kenangan sendirian. Aku
juga tak ingin merasakan sakit sendirian. Tapi, nyatanya....
Perasaanku tumbuh semakin pesat, bahkan tak lagi
terkendalikan. Siapakah yang bisa mengendalikan perasaan?
Siapakah yang bisa menebak perasaan cinta bisa jatuh pada orang
yang tepat ataupun salah? Aku tidak sepandai dan secerdas itu. Aku
hanya manusia biasa yang merasakan kenyamanan dalam hadirmu.
Aku hanya wanita yang takut kehilangan seseorang yang tak pernah
aku miliki.
Salahku memang jika mengartikan tindakanmu sebagai
cinta. Tapi, aku juga tak salah bukan jika berharap bahwa kamu
juga punya perasaan yang sama? Kamu sudah jadi sebab tawa dan
senyumku, aku percaya kautak mungkin membuatku sedih dan
kamu tak akan jadi sebab air mataku. Aku percaya kamulah
kebahagiaan baru yang akan memberiku sinar paling terang. Aku
sangat memercayaimu, sangat! Dan, itulah kebodohan yang harus
kusesali.
Ternyata, ketakutanku terjawab sudah, kamu menjauhiku
tanpa alasan yang jelas. Kamu pergi tanpa ucapan pisah dan pamit.
Aku terpukul dengan keputusan yang tak kausampaikan padaku,
tapi pantaskah aku marah? Aku tak pernah jadi siapa-siapa bagimu,
mungkin aku hanya persinggahan; bukan tujuan. Kalau kauingin
tahu, aku sudah merancang berbagai mimpi indah yang ingin
kuwujudkan bersamamu. Mungkin, suatu saat nanti, jika Tuhan
izinkan, aku percaya kita pasti bisa saling membahagiakan.
Aku tak punya hak untuk memintamu kembali, juga tak
punya wewenang untuk memintamu segera pulang. Masih adakah
yang perlu kupaksakan jika bagimu aku tak pernah jadi tujuan?
Tidak munafik, aku merasa kehilangan. Dulu, aku terbiasa dengan
candaan dan perhatian kecilmu, namun segalanya tiba-tiba hilang
menguap, bagai asap rokok yang hilang ditelan gelapnya malam.
Sesungguhnya, ini juga salahku, yang bertahan dalam diam
meskipun aku punya perasaan yang lebih dalam dan kuat. Ini
bukan salahmu, juga bukan kesalahannya. Tapi, tak mungkin
matamu terlalu buta dan hatimu terlalu cacat untuk tahu bahwa aku
mencintaimu.
Aku harus belajar tak peduli. Aku harus belajar memaafkan,
juga merelakan.